Monday, December 7, 2009

'Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kutaklukkan dunia', begitu kiranya Sang Proklamator RI berucap. Suatu gambaran jelas, agar kita tak boleh terlena menyiapkan generasi mendatang.

Namun ditengah arus globalisasi yang menyusup sendi kehidupan masyarakat, tidaklah mudah mengajak mereka bergabung dalam barisan dakwah. Untuk mensiasati dan berbicara dengan 'bahasa' mereka, liqo' + futsal adalah strategi yang coba kami terapkan yang semoga acceptable bagi kalangan remaja tsb.

Kamis malam, 3/12/09, setelah agak lumayan lama off karena alasan ini itu, sekira lima belas remaja dusun Somokaton (tempat dimana ane tinggal) kami kumpulkan di rumah. Kebetulan pekan ini lagi dapat jatah libur dari rantau sehingga kesempatan berharga ini dimanfaatkan untuk turut membersamai dalam pembinaan anak-anak muda kampung.

Usai tarbiyah ruhiyah dirasa cukup, maka pada jam 21:00, tarbiyah jasadiyah manjadi gilirannya. Kali ini friendly match mempertemukan mereka (Somokaton) melawan Ta'lim dusun Gampingan binaan akh Taufik. Semangat yang tinggi tampak dari jumlah mereka yang hadir. Alhasil, kapasitas lapangan yang hanya lima orang per team menjadikan yang lain antusias mensuport kawannya.

"Yang Gampingan ini belum semua ikut ngaji, Mas", ujar Akh Taufiq pada ane di pinggir lapangan.

"Tak masalah, (futsal) ini sarana kita," sahutku.

Bertiga (Ane, Taufiq, dan akh Danie yang akan diamanahi menjadi murobbi selepas ane kembali merantau lagi) larut dalam bincang dakwah malam itu hingga tak terasa peluit tanda waktu habis berbunyi.

Malam itu kami kembali ber-azzam dalam ri'ayah dakwah dan mengurai laku 'berbicara dengan bahasa' mereka.(Wied)

Sumber: Catatan Abi

0 comments:

Post a Comment