Saturday, July 11, 2009

by Ken Sri

Jeritan si sweet red tanda panggilan masuk, membuyarkan konsentrasiku yang sedang pijit-pijit. Mencoba redakan kepala yang sedari pagi nyut-nyutan. Kamis 21.46 WIB,

"assalamu'alaykum Bu Nur...," sahutku begitu tahu 'nama' yang nongol di display sweet red.

"wa'alaikumussalam, gimana kabar ibu ukhti?", suara murobbiyahku dari sumokaton sana terdengar

"Alhamdulillah baik, bu. Lha pripun?", kataku sambil menyimpan heran, ngapain ya bu Nur malem-malem gini nanya kabar ibuku.

Tadi sore juga ketemu di liqo, kenapa gak tanya tadi..?

"lha anti sekarang di mana? Ibu dimana?" bu Nur kembali bertanya yang malah menambah heranku.

"saya dirumah, ibu sama bapak lagi pengajian belum pulang," balasku yakin. Sebenernya rada gak biasa juga jam segini belum pulang. Malem-malemnya 21.30 lah. Tapi pikirku mungkin banyak pertanyaan dari jama'ah pengajian, jadi diskusi agak lama.

"lho, katanya ibu jatuh!" pelan saja suara bu Nur.

Blaaarrr....!! Pening kepala langsung buyar berkeping2 tak menyisa. Mak jenggirat!!

"Innalillahi...jatuh gimana bu? Lho kok bu Nur bisa tau!?", tanpa diminta kaki dan tanganku langsung gemetar.

"Saya dikabari ukhti Puji, katanya jatuh gitu. Trus dibawa ke puskesmas Piyungan. Lha tak kira anti sudah disana....," lanju bu Nur

"Belum, bu. Saya belum tau! Ya, ya, matur nuwun. Saya tak segera ke puskesmas."
Honda star butut yang tak bisa lari, kupaksa untuk melesat secepatnya ke puskesmas. Tak ayal, suaranya menderu-deru aleman cari perhatian di jalanan yang mulai lengang.

Sampai puskesmas, kok sepi?! Ketika kutanyakan pada petugas jaga, ternyata ibu dirujuk ke RSI Hidayatullah. Duh, makin nano-nano rasanya! Separah apakah sampai harus dirujuk ke RS segala? Tak banyak info ku dapat selain bahwa ibu dalam kondisi sadar dan kepalanya membengkak besar. Secepatnya aku balik ke rumah, kasih tau adik yangg belum tau musibah ini, dan segera mengungsikannya ke rumah simbah. Aku minta temeni om tuk ngantar ke hidayatullah. Baru mau berangkat, tiba-tiba ada telpon masuk. Dari pak rusdi ketua dpra srimartani. Pasti ada hal penting sampai beliau telpon malem2 gini (pikirku mungkin tau musibah ini, dan hendak menanyakan kabar ibu).

Dan menang benar, bahkan tak cuma sekedar tau, tapi beliau sudah tiba di RS. Ternyata atas komando bu Nur wakidah, pak Rusdi segera mengecek ke puskesmas. Trus ke Hidayatullah begitu tau dirujuk kesana. Alhamdulillah, aku minta tolong untuk dicarikan info tentang kondisi ibu.

Dalam perjalanan ke RS bu Nur sms, mengabarkan bahwa beliau juga sudah di Hidayatullah. Ibu baru diperiksa, jadi belum tau kondisinya. Gitu kata bu Nur. Meski belum tau kondisi ibu, tapi nyicil ayem. Ada temen-temen disana.

Sampai RS sekitar 22.30. Kujumpai bapak & teman pengajiannya. Ada bu Nur, mbak titi TiQu, pak Rusdi, dan sepasang suami istri yang juga tetanggaku. Kedua bola mata ini memanas, menahan haru. Betapa besar perhatian sodara2 yang tak terikat darah ini...

Belum juga ada info kondisi ibu. Masih di ruang UGD. Saat itulah mengalir kisah dari seorang saksi mata. Sambil berurai air mata bertutur bagaimana kecelakaan terjadi (yang bikin aku makin tak karuan adalah kesehatan ibu yang kurang sip, sedang menjalani rawat jalan atas gangguan jantung & paru2). Dan ternyata sepasang suami istri tetanggaku tadi adalah orang tua penabrak.

23.00-an, mbak puji dengan mata laronnya (ngantuk berat kayanya) datang bersama adiknya.

"ngapain mbak malem-malem gini kesini juga....," sambutku.

"gimana aku bisa tidur, kepikiran ibumu terus...yang sabar ya...," kata teman liqo yang juga tetanggaku ini sambil membelai kepalaku. Ah...ayem rasanya ditemani sodara2 seperti mereka...

23.30-an, kami diijinkan masuk ke ruang UGD. Tubuh ringkih ibu terbaring lemah, dengan 25 jahitan di kepala dan kaki. Malam itu diputuskan rawat inap di RS untuk rontgen dan observasi (ini atas peran bu Nur Wakidah, karna ortu penabrak menginginkan rawat jalan saja. Matur nuwun bu Nur...). Sekitar 24.00, bu Nur, mbak titi TiQu, mbak Puji dan adiknya, pak Rusdi, pamit pulang

........

Sampai pagi ini, sudah seminggu Ibu masih dirawat di Hidayatullah. Dan setiap pagi, mbak titi TiQu mengantarkan bubur untuk ibu serta sarapan untukku. Jazakillah mbak TiQu...Terimakasih yang terucap hari ini dan hingga kapanpun, tak kan pernah mengimbangi apa yang telah kalian berikan pada kami....Mohon doanya dari antum semua, agar ibu diberikan kesembuhan yang tiada menyakitkan.

Arafah room. kamis 18/6 07.50 wib

0 comments:

Post a Comment