Saturday, June 20, 2009

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Q.S. Al Balad:10). “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (Q.S. Asy Syams:8)

Itulah esensi dari perjalanan hidup manusia hingga akhir zaman. Fasiq dan Taqwa, Neraka atau Surgakah? Keduanya akan selalu saling berebut secara bergiliran. Saling menyusup dalam sendi-sendi kehidupan. Watilkal ayyaamu nudaawiluhaa bainannaas. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).

Membaca ‘Hunting with Ungu’ mengajak hati untuk ‘berontak’. Rasa khawatir jika al-haq mendapat giliran dalam kehancuran. Dan itu berarti kita tak mampu meresapkan ibrah padahal panduannya ada pada kita. Al Qur’an Minhajul Hayyah. Begitukah atau tak memang kita tak mau mengambil pelajaran?

Terkadang “Apabila tangan kanan sedekah, jangan sampai tangan kiri tahu” menjadi alibi untuk berdiam diri. Disembunyinya amal kebaikan dari tempat terang. Masuk dalam petak kamar dan gua gua yang boleh jadi justru memberi ruang gerak kebathilan merajalela. Dan mau tak mau untuk membendungnya harus dengan berbagai cara. Termasuk menggali ‘harta’ kebaikan agar tak terpendam bersama Karun dikabarkan kepada dunia.

Masih ingatkah tulisan ‘Jejak Muhadditsin Blogger’? Belum lagi kering gurat tinta, BIAS itu sangat terlihat nyata. Tidak tanggung-tanggung lagi, karena menimpa Qiyadah dakwah tertinggi kita. Coba simak Bayan Fitnah berikut.

Presiden PKS, Tifatul Sembiring, Majalah Tempo, 7 Juni 2009 : “Apa kalau istrinya berjilbab lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik? Soal selembar kain saja kok dirisaukan?”

Mengalirlah kemudian analisis yang tendensius.

Coba simak bayanatnya dari SMS Ustadz Tifatul :

Antum percaya Tempo atau ana? Antum baca deh artikel yang menyerang PKS di Tempo. Dia (Tempo) tanya, “Apakah PKS menekan SBY agar Bu Ani pakai jilbab?”, saya bilang “bukan!”. Dia tanya, “Apakah Bu Ani berjilbab lantaran alasan politik?”, saya jawab “Nggak tahu, tanya langsung ke orangnya!”. “Anda ini rewel banget,” kata saya, “urusan selembar kain diatas kepala wanita, dia gak pake kerudung ente ributin, dah pake kerudung diributin juga!”. Itu bahasa saya ke Tempo, yang saya tahu wataknya tidak Islami. Nah, percaya siapa?

Ikhwah fillah,

Kalau sudah begitu bagaimana? Memang menyalahkan para musuh dakwah tiadalah akan berguna. Berdiam diri juga bisa membiarkan kesalahan semakin melebar.

Hanya ada satu jalan yang telah di warranty dari Allah. Yaitu dengan mendatangkan Al-Haq seluas luasnya. Di pasar, jalan, kampus hingga parlemen bahkan media, kesemuanya harus mampu menghadirkan kebenaran. Maka jadilah ikhwah sekalian sebagai agen pembawa panji Al-Haq. Kalau untuk memasukkan berita kebaikan ke dalam media professional bernilai mahal kenapa kita tidak memanfaatkan yang murah dan meriah di dunia maya ini.

Tulis dan tulislah begitu yang selalu ditekankan.

Dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap". Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Q.S. Al Israa’:81).

*Home Sweet Home. Sumokaton jumat 07.34.

0 comments:

Post a Comment