Wednesday, July 22, 2009

VIVAnews; Dengan sistem pengamanan hotel yang ketat, tidak mungkin CIA-nya Amerika tak terlibat.
***
Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo kembali menjadi sorotan pasca ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jumat pekan lalu. Salah satu alumni ponpes itu, Nur Said, diduga terlibat ledakan bom. Namun Abu Bakar Ba'asyir menepis dan balik menuding ledakan bom sebagai rekayasa Amerika Serikat.

Ledakan bom di dua hotel bertaraf internasional yang menewaskan sembilan orang dan melukai 55 orang pada Jumat 17 Juli 2009 itu, menurut dia, disengaja untuk menyudutkan umat Islam.

Kepada wartawan di rumahnya, Kompleks Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Ba'asyir mengatakan, hanya orang bodoh yang mempercayai bom itu bukan rekayasa karena hotel sekelas JW Marriott dan Ritz Carlton mempunyai sistem pengamanan yang sangat ketat.

Karenanya sangat tidak mungkin pelaku bom dapat keluar masuk hotel dengan leluasan bila membawa bahan peledak, merakit, kemudian meledakannya dengan mudah. Ba'asyir menduga CIA ada dibalik peristiwa tersebut.

"Saya merasa itu adalah rekayasa CIA, karena tidak mudah masuk Hotel Marriott membawa bom meski dicicil, pasti ketahuan," tegasnya.Disinggung mengenai Nur Said, Ba'asyir mengaku tidak mengenal orang yang disebut-sebut alumni Ngruki tersebut. Karen apada tahun 1994, Ba'asyir tinggal di Malaysia.

Meski mengaku tidak setuju dengan sejumlah aksi pengeboman yang terjadi di Indonesia, Ba'asyir tetap menghargai ihtihad masing-masing orang dalam berjuang melawan Amerika.Apa yang terkadi, imbuh Ba'asyir, harus dijadikan instrospeksi pemerintah yang terang-terangan menolak hukum Islam, dan ini merupakan peringatan Tuhan agar pemerintah segera kembali dengan hukum Islam.

Laporan: Effendy Rois,antv,Solo

0 comments:

Post a Comment